Memperlakukan portofolio pada CV selayaknya portofolio keuangan


15 Agustus 2020

Photo from Unplash

Sebagai software engineer, programmer, atau bidang apapun itu yang bekerja di ranah teknologi atau industri digital, skill dan pengalaman adalah aset profesional terpenting kita.

Sayangnya, skill dan pengalaman tersebut sangat cepat kedaluwarsa. Skill kita menjadi ketinggalan zaman ketika teknologi, bahasa pemrograman, dan library baru telah dikembangkan. Perubahan pasar atau industri juga dapat membuat pengalaman kita menjadi usang dan tidak relevan. Mengingat laju perubahan yang terus meningkat pada masyarakat, perubahan-perubahan tersebut dapat terjadi secepat mungkin.

Jika nilai skill kita menurun, begitu pula dengan nilai kita dimata perusahaan atau klien. Kita ingin mencegah hal tersebut.

Kemampuan kita untuk mempelajari hal-hal baru adalah aset strategis terpenting kita. Pertanyaannya adalah “bagaimana cara kita belajar?” dan “bagaimana kita tahu apa yang harus dipelajari?”

Knowledge portfolio

Menanam kangkung dengan metode wick
Photo by Markus Winkler on Unsplash

Seperti yang sudah saya tulis di sini, sejak 2019 saya sangat bersyukur bisa belajar mengenai literasi keuangan. Saya sudah mulai investasi di beberapa produk investasi seperti saham dan SBN. Saya juga sudah melakukan diversifikasi sesuai dengan tujuan keunganan saya.

Selama saya mempraktikan itu, saya menyadari bahwa mengelola portofolio kita di CV (knowledge portfolio) sangat mirip dengan mengelola portofolio keuangan. Setidaknya, ini adalah beberapa prinsip dalam mengelola portofolio keuangan yang saya yakini:

  1. Investor yang serius akan berinvestasi secara teratur, dan hal tersebut dijadikan sebuah kebiasaan.
  2. Diversifikasi adalah kunci sukses investasi untuk jangka panjang.
  3. Smart investor akan menyeimbangkan portofolio mereka antara produk investasi yang konservatif, high-risk, dan high-return.
  4. Investor selalu berusaha untuk membeli di harga rendah dan menjual di harga lebih tinggi untuk hasil maksimum.
  5. Portofolio harus ditinjau dan diseimbangkan kembali secara berkala.

Kita juga dapat memakai prinsip-prinsip tersebut untuk berinvestasi kepada knowledge portfolio kita.

Membangun portofolio

Berinvestasi secara teratur

Seperti halnya berinvestasi keuangan, kita harus berinvestasi kepada skill kita secara teratur. Meskipun jumlahnya kecil, jika kita melakukannya secara rutin, kita dapat memetik hasil yang maksimum.

Diversifikasi

Semakin banyak hal berbeda yang kita ketahui, maka semakin berharga kita. Pada dasarnya, kita perlu mengetahui seluk beluk teknologi tertentu yang saat ini kita garap. Tapi jangan sampai berhenti disitu. Perkembangan teknologi cepat berlalu. Bisa jadi apa yang kita kuasai sekarang sudah tidak berguna (atau tidak diminati) besok. Semakin banyak teknologi yang kita sukai, semakin baik. Kita dapat menyesuaikan diri untuk berubah. Dan jangan lupakan semua keterampilan lain yang kita butuhkan, termasuk softskill.

Kelola risiko

Tidak hanya produk investasi, teknologi pun juga memiliki spektrumnya. Ada teknologi yang berpotensi high-return, ada juga teknologi yang low-risk, bahkan ada juga yang low-risk dan high-return. Bukan ide yang bagus jika kita menginvestasikan semua uang kita ke saham high-risk yang dapat bangkrut sewaktu-waktu (saham gorengan), atau menginvestasikan semua uang kita ke produk investasi yang konservatif (deposito) karena dapat kehilangan kesempatan untuk “cuan” lebih banyak. Kita bisa mengikuti petuah umum dalam investasi.

don’t put all your technical eggs in one basket

Buy low, sell high

Mempelajari teknologi baru sebelum menjadi populer bisa jadi sama sulitnya dengan menemukan saham yang nilainya terlalu rendah, tetapi hasilnya bisa sama bermanfaatnya. Mempelajari Go ketika pertama kali diperkenalkan dan tidak diketahui banyak software engineer mungkin berisiko pada saat itu, tetapi itu terbayar dengan baik ketika saat ini banyak perusahaan besar seperti Gojek, Bukalapak, dan perusahaan unicorn lainnya mencari software engineer yang dapat menguasai Go.

Review dan rebalance

Industri kita sangat dinamis. Teknologi hangat yang kita selidiki bulan lalu bisa jadi sudah sangat dingin sekarang. Mungkin kita perlu mengasah kembali kemampuan database kita yang sudah lama tidak kita gunakan. Siapa tahu kita bisa dapat posisi yang lebih baik di tempat baru jika kita mencoba untuk mengubah role kita semisal dari frontend engineer menjadi database engineer.

Lalu, bagaimana caranya?

Setidaknya ini adalah beberapa cara menurut saya yang bisa kita lakukan:

Pelajari setidaknya satu bahasa baru setiap tahun

Bahasa pemrograman yang berbeda dapat memecahkan masalah yang sama dengan jalan yang berbeda. Dengan belajar berbagai macam pendekatan yang berbeda, kita dapat memperluas pemikiran kita dan menghindari terjebak dalam kebiasaan yang “itu-itu aja”. Dan sejujurnya, mempelajari bahasa pemrograman lain itu tidak sulit, Di internet banyak sekali converter online tool yang dapat digunakan sebagai pedoman. Coba saja search di google “java to ruby” atau “js to go online converter”.

Membaca technical book tiap bulan

Photo by Daria Nepriakhina on Unsplash
Photo by Daria Nepriakhina on Unsplash

Meskipun ada banyak tulisan-tulisan pendek di internet (atau stackoverflow) yang dapat diandalkan, untuk pemahaman yang mendalam kita membutuhkan buku-buku berdurasi panjang. Jelajahi penjual buku untuk buku-buku teknikal tentang topik yang sedang kita jalani. Setelah kita selesai membaca buku terkait apa yang kita sedang jalani, cobalah untuk membaca buku teknikal yang tidak terkait dengan apa yang kita sedang jalani.

Jangan lupa membaca non-technical book juga

Penting untuk diingat bahwa perangkat lunak yang kita produksi akan digunakan oleh manusia yang hasratnya ingin kita penuhi dengan memakai produk kita. Kita bekerja dengan manusia, dipekerjakan oleh manusia, dan bekerja untuk manusia. Meskipun kita bekerja di depan komputer setiap hari, jangan lupakan sisi kemanusiaan, karena itu membutuhkan keahlian yang sama sekali berbeda dengan apa yang kita pelajari selama ini sebagai software enginer.

Mengambil kelas, bisa online atau tatap muka

Carilah kursus yang menurut kita menarik. Kita bisa ikut online class yang bisa kita temui dimanapun di internet. Ambil topik yang kita gemari.

Berpartisipasi dalam komunitas dan acara meetup

Jangan hanya pergi dan mendengarkan, tetapi berpartisipasi secara aktif. Menutup diri bisa mematikan karier kita. Cari tahu apa yang orang kerjakan di luar perusahaan kita, atau bahkan di luar industri kita.

Bereksperimen dengan environment yang berbeda

Jika selama ini kita menggunakan Windows, cobalah sekali-kali menggunakan Linux. Jika kita ngoding menggunakan text editor, cobalah sekali-kali menggunakan IDE yang canggih dengan fitur-fitur keren, dan begitu pula sebaliknya.

Stay current

Baca berita dan artikel online tentang teknologi yang berbeda dari proyek kita saat ini. Ini adalah cara yang bagus untuk mengetahui pengalaman apa yang dialami orang lain.

Photo by Daria Nepriakhina on Unsplash
Photo by Hunters Race on Unsplash

Penting untuk terus berinvestasi. Setelah kita merasa nyaman dengan beberapa bahasa baru atau sedikit teknologi, move-on. Pelajari hal lain.

Intinya bukan di teknologi apa yang kita pelajari selanjutnya, atau teknologi mana yang nantinya akan kita taruh di CV. Poinnya adalah kita dapat melakukan proses belajar yang terus menerus sehingga dapat membuat sebuah habit positif.

investment CV writing software engineer stocks financial